Mengajarkan mata
pelajaran IPA di bangku SMP merupakan kegiatan yang menarik dan menantang. Menarik
karena hampir setiap materi pembelajaran berkaitan dengan kejadian di sekitar
kita. Menantang karena mempunyai tingkat
kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan dengan di SD. Tantangan ini justru harus dijadikan motivasi
oleh seorang guru untuk melaksanakan
pembelajaran yang berkualitas, sehingga layak untuk menerima tunjangan profesi
guru.
Dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 dinyatakan bahwa “Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara
inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting
kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran
IPA di SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap
ilmiah”. Untuk bisa melakukan kegiatan pembelajarn IPA SMP/MTs yang diamanatkan
oleh permendiknas nomor 22 tahun 2006, guru harus mampu melaksanakan
pembelajaran PAIKEM, dengan kata lain guru IPA dituntut untuk lebih cerdas dan kreatif
dalam memilih strategi atau model pembelajaran yang sesuai dengan minat dan
kemampuan mereka. Kita harus memahami bahwa
setiap siswa memiliki cara yang unik untuk memahami sesuatu atau untuk
menyelesaikan persoalan yang dihadapinya.
Menurut Gardner, cara yang unik ini berkaitan dengan 8 potensi
kecerdasan yang dimiliki oleh setiap siswa yang dikenal dengan istilah Multiple
Intelligences (kecerdasan Majemuk).
Jadi, berdasarkan uraian di atas, untuk dapat melaksanakan pembelajaran
IPA sesuai dengan permendiknas nomor 22
tahun 2006, seorang guru harus memahami tentang teori kecerdasan majemuk, dan
selanjutnya mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran berdasarkan teori
kecerdasan majemuk.